RABIES
Rabies adalalah suatu penyakit yang menyerang susunan saraf pusat.
Karena gejalanya yang khas, yaitu penderita menjadi takut air, penyakit rabies
sering kali disebut hidrofobia. Rabies sebenarnya merupakan penyakit hewan
berdarah panas yang ditularkan kepada manusia. Mekipun angka kesakitannya
relatif rendah, penyakit ini menjadi perhatian dunia karena kefatalannya sangat
tinggi (hampir 100%). Hal ini menyebabkan kejadian rabies merupakan teror bagi
penderita dan dokter.
Epidemiologi
Penyakit rabies tersebar di seluruh dunia dengan frekuensi kasus
dan spesifikasi vektor penular yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat ada
beberapa kota yang bebas rabies (New York dan Philadelphia), teta[i sebagian
besar negara bagian melaporkan kasus rabies pada binatang. Pada tahun 1975
dilaporkan terjadi 25 kasus rabies pada anjing.
Rabies ditemukan di Indonesia pada tahun 1889 pada seekor kerbau di
Bekasi, sementara rabies pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1894
oleh E.V.de haan. Di daerah tropis, vekyor utama rabies adalah hewan karnivora.
Dari hasil penelitian pada hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera,
didapatkan data bahwa dari 12.581 gigitan hewan tersangka rabies, sebanyak 1112
hewan positif rabies, 120 orang meninggal, dengan kasus tertinggi di NTT,
Sumatera Barat dan Riau. Di Jawa Tengah sejak tahun 1995 tidak terdapat lagi
kasus rabies. Sasaran pengobatan adalah pasien yang tergigit hewan tersangka
dan anjing.
Etiologi
Penyebab rabies adalah virus rabies yang termasuk famili Rhabdovirus.
Bentuk virus menerupai peluru, berukuran 180 nm dengan diameter 75 nm dan pada
permukaannya terlihan benyuk-bentuk paku dengan panjang 9 nm. Virus ini
tersusun dari protein, lemak, RNA dan karbohidrat. Sifat virus adalah peka
terhadap panas namun dapat mati bila berada pada suhu 50⁰C selama 15
menit. Ada dua macam antigen yaitu antigen glikoprotein dan antigen
nukleoprotein. Virus ini akan mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet
serta mudah dilarutkan dengan detergen.
Penularan
Sumber penularan rabies 90% dari anjing, 6% dari kucing dan 4% dari
monyet dan hewan lain. Setelah menyerang dan mengakibatkan radang otak, virus
akan menyebar ke air liur penderita rabies. Pada anjing, virus ditemukan kurang
dari 5 hari sebelum munculnya gejala. Gigitan terinfeksi bisa langsung
menularkan penyakit. Cakaran kuku hewan terinfeksi perlu diwaspadai karena
kebiasaan hewan yang menjilati cakarnya.
Masa inkubasi virus rabies sekitar 20-90 hari, namun beberapa
literatur menyebutkan antara 30-60 hari. Masa inkubasi dipengaruhi oleh lokasi
tempat gigitan hewan menular. Makin jauh tempat gigitan dari kepala, makin
panjang perjalanan penyakitnya. Karena itu, gigitan pada leher lebih cepat
menunjukkan manifestasi klinis dari pada gigitan pada tungkai.
Gejala dan tanda
a.
Pada manusia
Gejala awal
biasanya tidak jelas. Pasien merasa tidan enak dan gelisah. Gejala yang
menonjol adalah rasa nyeri, panas dan gatal di sekitar luka, kemudian bisa
diikuti kejang, sakit kepala, demam, dan sulit menelan. Apabila telah terjadi
kelumpuhan otot pernapasan maka penderita dapat terancam meninggal. Gejala khas
lainnya adalah hidrofobia, yaitu ketakutan penderita terhadap air yang bisa
sampai terjadi kejang bila berdekatan dengan air. Gejala aerofobia dapat juga
terjadi yaitu rangsangan aliran udara sperti pada kipas angin pada muka pasien
yang dpat menyebabkan spasme.
b.
Pada hewan (anjing peliharaan)
Hewan
terinfeksi mengeluarkan banyak liur karena sulit menelan. Sering kali anjing
menjepit ekor diantara kedua kakinya, bertingkah laku aneh seperti tidak
mengenal majikannya, dan anjing yang biasa keluar malam akan lebih sering
keluar padasiang hari. Anjing yang tadinya jinak bisa menjadi ganas. Anjing
menyerang apa saja yang bergerak dan takut terhadap air (hidrofobia).
Bila terdapat
tanda-tanda di atas, maka yang harus dilakukan adalah menangkap anjing tersebut
untuk diisolasi dan diobservasi selama 10 hari. Apabila anjing yang diobservasi
mati, maka kemungkinan besar terkena rabies, dan anjing tersebut harus dibwawa
ke laboraturim agar diotopsi untuk memastikan diagnosis. Apabila anjing masih
hidup, maka anjing tersebut tidak terkena rabies.
Pengobatan
Pengobatan rabies meliputi perawatan luka dan pemberian vaksi anti
rabies.
a.
Perawatan luka sangat diperlukan,
yaitu pembersihan luka dengan air sabun atau detergen selama 5-10 menit.
Setelah bersih dan kering, luka diberi alkohol atau betadin.
b.
Pasien perlu disuntik vaksin
antirabies (VAR) atau serum antirabies (SAR).
Pencegahan
Vaksinasi anjing peliharaan dan eliminasi anjing liar perlu
dilakukan. Orang dengan risiko tinggi seperti dokter hewan, pekerja
laboraturium dan anak-anak (yang dianggap sering berhubungan dengan hewan
peliharaan) juga perlu diimunisasi. Pada daerah endemik rabies, gigitan anjing
tanpa provokasi (anjing tidak diganggu) harus dianggap menularkan rabies.
Dokter mengelola pasien yang tergigit, sedankan hewan yang menggigit akan
ditangani oleh petugas dari dinas peternakan.
Dr. Widoyono, MPH. 2008. Penyakit tropis epidemiologi, penularan,
pencegahan dan pemberantasannya. Erlangga. Jakarta.rabies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar