Pengertian, epidemiologi, cara penularan dan cara pengobatan penyakit rabies

 PENYAKIT RABIES
MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit


















Oleh:
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis telah mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada, Nabi besar kita Muhammad SAW, kepada para sahabat serta umatnya.
Makalah yang berjudul “Penyakit Rabies” ini, disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit. Makalah ini memaparka mengenai Penyakit Rabies mulai dari pengertian penyakit rabies, epidemiologi penyakit rabies, etimologi penyakit rabies, penularan penyakit rabies, gejala dan tanda-tanda penyakit rabies serta cara pengobatan dan pencegahan penyakit rabies.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,baik mengenai isi, maupun bahasanya. Meskipun demikian, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tasikmalaya,

Penulis









BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
Dewasa ini merupakan bukti bahwa Indonesia bukanlah negara yang bebas dari penyakit Rabies, terbukti dengan adanya korban meninggal yang terinfeksi oleh penyakit ini di beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Salah satunya adalah provinsi Bali yang telah dklaim bebas rabies justru telah banyak korban berjatuhan baik yang suspect maupun yang telah positif terjangkit virus rabies. Sekarang Dinas Peternakan Bali sedang genjar-genjarnya memberantas penyakit mematikan ini yang disebabkan oleh gigitan hewan, anjing yang dianggap sebagai sahabat manusia justru sebagai penyebar utama dari penyebaran virus rabies ini melalui gigitannya. Sehingga tidak heran banyak anjing yang dibunuh, namun untuk anjing yang dipelihara akan diberikan vaksinasi. Agar kita terhindar dari penyakit mematikan ini, hendaknya kita mengetahui bagaimana ciri-ciri hewan yang telah terinfeksi virus rabies. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penyakit rabies dari pengertian sampai dengan tips-tips bila kita atau orang terdekat kita digigit oleh anjing atau hewan yang lainnya yang berpotensi untuk menyebarkan virus rabies.

  1. Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penyakit rabies?
2.      Bagaimana epidemiologi penyakit rabies?
3.      Bagaimana Etiomologi penyakit rabies?
4.      Bagaimana cara penularan penyakit rabies?
5.       Gejala dan tanda-tanda apa saja bagi yang terjangkit penyakit rabies?
6.      Bagaimana pengobatan dan pencegahan dari penyakit rabies?

C.     Tujuan makalah
1.      Untuk memahami dan mengetahui pengertian penyakit rabies.
2.      Untuk mengetahui epidemiologi penyakit rabies.
3.      Untuk mengetahui etimologi penyakit rabies.
4.      Untuk mengetahui cara penularan penyakit rabies.
5.      Untuk mengetahui gejala-gejala yang diakibatkan oleh penyakit rabies beserta tanda-tandanya.
6.      Untuk mengetahui cara mengobati dan mencegah penyakit rabies.















BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Penyakit Rabies
Rabies adalalah suatu penyakit yang menyerang susunan saraf pusat. Karena gejalanya yang khas, yaitu penderita menjadi takut air, penyakit rabies sering kali disebut hidrofobia. Rabies sebenarnya merupakan penyakit hewan berdarah panas yang ditularkan kepada manusia. Mekipun angka kesakitannya relatif rendah, penyakit ini menjadi perhatian dunia karena kefatalannya sangat tinggi (hampir 100%). Hal ini menyebabkan kejadian rabies merupakan teror bagi penderita dan dokter.
  1. Epidemiologi Penyakit Rabies
Penyakit rabies tersebar di seluruh dunia dengan frekuensi kasus dan spesifikasi vektor penular yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat ada beberapa kota yang bebas rabies (New York dan Philadelphia), teta[i sebagian besar negara bagian melaporkan kasus rabies pada binatang. Pada tahun 1975 dilaporkan terjadi 25 kasus rabies pada anjing.
Rabies ditemukan di Indonesia pada tahun 1889 pada seekor kerbau di Bekasi, sementara rabies pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1894 oleh E.V.de haan. Di daerah tropis, vekyor utama rabies adalah hewan karnivora. Dari hasil penelitian pada hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera, didapatkan data bahwa dari 12.581 gigitan hewan tersangka rabies, sebanyak 1112 hewan positif rabies, 120 orang meninggal, dengan kasus tertinggi di NTT, Sumatera Barat dan Riau. Di Jawa Tengah sejak tahun 1995 tidak terdapat lagi kasus rabies. Sasaran pengobatan adalah pasien yang tergigit hewan tersangka dan anjing.
  1. Etimologi Penyakit Rabies
Penyebab rabies adalah virus rabies yang termasuk famili Rhabdovirus. Bentuk virus menerupai peluru, berukuran 180 nm dengan diameter 75 nm dan pada permukaannya terlihan benyuk-bentuk paku dengan panjang 9 nm. Virus ini tersusun dari protein, lemak, RNA dan karbohidrat. Sifat virus adalah peka terhadap panas namun dapat mati bila berada pada suhu 50C selama 15 menit. Ada dua macam antigen yaitu antigen glikoprotein dan antigen nukleoprotein. Virus ini akan mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet serta mudah dilarutkan dengan detergen.
  1. Penularan Penyakit Rabies
Sumber penularan rabies 90% dari anjing, 6% dari kucing dan 4% dari monyet dan hewan lain. Setelah menyerang dan mengakibatkan radang otak, virus akan menyebar ke air liur penderita rabies. Pada anjing, virus ditemukan kurang dari 5 hari sebelum munculnya gejala. Gigitan terinfeksi bisa langsung menularkan penyakit. Cakaran kuku hewan terinfeksi perlu diwaspadai karena kebiasaan hewan yang menjilati cakarnya.
Masa inkubasi virus rabies sekitar 20-90 hari, namun beberapa literatur menyebutkan antara 30-60 hari. Masa inkubasi dipengaruhi oleh lokasi tempat gigitan hewan menular. Makin jauh tempat gigitan dari kepala, makin panjang perjalanan penyakitnya. Karena itu, gigitan pada leher lebih cepat menunjukkan manifestasi klinis dari pada gigitan pada tungkai.
Adapun perjalanan penyakit Rabies pada anjing dibagi dalam 3 fase yaitu :
1). Fase Prodormal
Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat terjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase prodormal dilanjutkan fase eksitasi atau bisa langsung ke fase paralisa.

2). Fase Eksitasi
Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya danmemakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya masuk fase paralisa.

3). Fase Paralisa
Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
Masa inkubasi dari penyakit ini adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10-14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.


  1. Gejala dan Tanda-tanda Penyakit Rabies
a.    Pada manusia
Gejala awal biasanya tidak jelas. Pasien merasa tidan enak dan gelisah. Gejala yang menonjol adalah rasa nyeri, panas dan gatal di sekitar luka, kemudian bisa diikuti kejang, sakit kepala, demam, dan sulit menelan. Apabila telah terjadi kelumpuhan otot pernapasan maka penderita dapat terancam meninggal. Gejala khas lainnya adalah hidrofobia, yaitu ketakutan penderita terhadap air yang bisa sampai terjadi kejang bila berdekatan dengan air. Gejala aerofobia dapat juga terjadi yaitu rangsangan aliran udara sperti pada kipas angin pada muka pasien yang dpat menyebabkan spasme.
b.    Pada hewan (anjing peliharaan)
Hewan terinfeksi mengeluarkan banyak liur karena sulit menelan. Sering kali anjing menjepit ekor diantara kedua kakinya, bertingkah laku aneh seperti tidak mengenal majikannya, dan anjing yang biasa keluar malam akan lebih sering keluar padasiang hari. Anjing yang tadinya jinak bisa menjadi ganas. Anjing menyerang apa saja yang bergerak dan takut terhadap air (hidrofobia).
Bila terdapat tanda-tanda di atas, maka yang harus dilakukan adalah menangkap anjing tersebut untuk diisolasi dan diobservasi selama 10 hari. Apabila anjing yang diobservasi mati, maka kemungkinan besar terkena rabies, dan anjing tersebut harus dibwawa ke laboraturim agar diotopsi untuk memastikan diagnosis. Apabila anjing masih hidup, maka anjing tersebut tidak terkena rabies.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
1)           Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
·                 Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
·                  Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap                 dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
·                  Tidak menurut perintah majikannya
·                  Nafsu makan hilang
·                  Air liur meleleh tak terkendali
·                 Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan       memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
·                  Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
·                 Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan ekor diantara 2 (dua)paha

2)  Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
·         Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
·          Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
·         Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
·         Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
·         Mati
·          
3) Bentuk Asystomatis
Hewan tidak menunjukan gejala sakit hewan tiba-tiba mati.

  1. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Rabies
a.       Pengobatan Penyakit Rabies
Pengobatan rabies meliputi perawatan luka dan pemberian vaksi anti rabies.
1)      Perawatan luka sangat diperlukan, yaitu pembersihan luka dengan air sabun atau detergen selama 5-10 menit. Setelah bersih dan kering, luka diberi alkohol atau betadin.
2)      Pasien perlu disuntik vaksin antirabies (VAR) atau serum antirabies (SAR).
3)      Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat. Maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus)tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
4)      Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam dosemprotkan dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada pemberita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobin rabies, dimana separuh dari dosisnnya disuntikkan di tempat gigitan.
5)      Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1 % yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
6)      Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2)
7)      Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan, atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun immunoglobulinrabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.




b.      Pencegahan Penyakit Rabies
Vaksinasi anjing peliharaan dan eliminasi anjing liar perlu dilakukan. Orang dengan risiko tinggi seperti dokter hewan, pekerja laboraturium dan anak-anak (yang dianggap sering berhubungan dengan hewan peliharaan) juga perlu diimunisasi. Pada daerah endemik rabies, gigitan anjing tanpa provokasi (anjing tidak diganggu) harus dianggap menularkan rabies. Dokter mengelola pasien yang tergigit, sedankan hewan yang menggigit akan ditangani oleh petugas dari dinas peternakan. Adapun Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera seteleh terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
·            Dokter hewan 
·            Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang        terinfeksi
·             Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang terjangkit rabies dimana banyak anjing ditemukan.
·              Para penjelajah gua kelelawar
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibody akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapat dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.







BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
  1. Simpulan
Rabies merupakan penyakit menular yang mematikan yang ditularkan oleh hewan melalui gigitannya. Virus rabies banyak terkandung dalam kelenjar liur hewan yang telah terinfeksi virus ini sehingga gigitannya inilah yang sangat berbahaya. Bila tergigit, maka tindakan yang harus kita lakukan adalah mencuci daerah gigitan tersebut dengan sabun dan pada air yang mengalir untuk meminimalkan virus yang masuk ke pembuluh darah. Setelah itu barulah dibawa ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi anti rabies secara bertahap agar kita tidak terinfeksi virus rabies ini.

  1. Saran
Dalam maklah ini mungkin banyak sekali kekurangan yang harus di lengkapi dan di perbaiki. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuklebih meningkatan pengetahuan mengenai penyakit rabies.
Bila memiliki binatnag peliharaan baik itu anjing, kucing, burung atau lain sebagainya, hendaknya selalu menjaga kebersihan hewan tersebut dan bawalah hewan peliharaan anda ke dokter hewan untuk mendapatkan vaksinasi.





DAFTAR PUSTAKA
Dr. Widoyono, MPH. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar