Environment Care For Healthy Life berasal dari bahasa Inggris yang berarti kepedulian
lingkungan untuk hidup sehat. Program Environment
Care For Healthy Life (ECHL) merupakan suatu program yang harus
dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, perusahaan swasta maupun
masyarakat. Program ECHL ini meliputi tiga strategi, yaitu mitigasi, adaptasi
dan implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Strategi
mitigasi dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Srtategi mitigasi ini dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:
1.
Health travel,
dilakukan melalui upaya penggunaan transportasi tak bermotor untuk mengurangi
emisi CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan penggunaan
bahan bakar ramah lingkungan.
2.
City Forest, yaitu hutan kota dengan
melakukan penanaman pohon bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat. Jenis
pohon-pohon yang bisa ditanam yaitu 14 damar (Agathis alba), daun
kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucochpala),
akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin (ficus benjamina).
Menurut Dahlan (1998), jenis-jenis pohon tersebut merupakan jenis yang mempunyai
daya serap yang cukup tinggi terhadap CO2.
3.
Petani
Cermat, dengan melalui pengurangan emisi gas rumah kaca dari praktik pertanian
(khususnya padi sawah) melalui: tidak membenamkan jerami atau bahan organik
mentah ke dalam tanah tergenang (emisi gas CH4), tidak menempatkan pupuk urea
dalam keadaan teroksidasi (emisi gas N2O) dan memilih varietas padi yang
mempunyai emisi CH4 rendah.
4.
Trash Bank
dilakukan dengan pengontrolan terhadap sampah, melalui: penguraian sampah
organik dari landfill untuk dijual sebagai kompos untuk menghindari produksi
gas metan di masa mendatang, mendaur ulang sampah anorganik dari landfill yang
ada untuk menyediakan pembuangan limbah padat secara berlanjut untuk melindungi
lingkungan local dan dampak kesehatan masyarakat, serta memperbaiki pelayanan
pengumpulan sampah dalam kota dapat dilakukan melalui adanya bank sampah.
Strategi
adaptasi dilakukan bertujuan agar masyarakat dapat mempertahankan hidup dalam
perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan dan kesehatan. Strategi adaptasi
ini dapat dilakukan melalui:
1.
Kalender tanam yaitu penyesuaian waktu
tanam dan pola tanam. Penyesuian waktu tanam dan pola tanam merupakan
pendekatan yang strategis dalam mengurangi atau menghindari dampak perubahan
iklim akibat pergeseran musim tanam dan perubahan pola curah hujan. Kalender
tanam menggambarkan potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan, terutama
padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan air. Kalender tanam
disusun berdasarkan kondisi pola tanam petani saat ini (eksisting), dan tiga
skenario kejadian iklim, yaitu tahun basah (TB), tahun normal (TN), dan tahun
kering (TK). Dalam penggunaanya, peta kalender tanam dilengkapi dengan prediksi
iklim, agar diketahui kejadian iklim yang akan datang, sehingga perencanaan
tanam dapat disesuaikan dengan kondisi sumberdaya iklim dan air.
2.
Farmer’s
Adaptive, dilakukan dengan pemilihan bibit unggul yang dapat beradaptasi dengan
lingkungan bercuaca ekstrim akibat perubahan iklim, melalui:
a.
Varietas Padi Toleran Salinitas, pada
tanaman padi, salinitas identik dengan keracunan logam berat, terutama Fe dan
Al. Sejak tahun 2000 telah dilepas beberapa varietas padi toleran salinitas dan
beberapa galur menunjukkan toleransi yang lebih baik terhadap salinitas,
diantaranya varietas Way Apo Buru, Margasari, dan Lambur.
b.
Varietas Toleran Kekeringan, varietas
unggul padi yang telah terbukti toleran kekeringan adalah Dodokan, dan
Silugonggo. Kedelai yang toleran kekeringan adalah varietas Argomulyo, dan
Burangrang. Kacang tanah meliputi varietas Singa dan Jerapah, untuk kacang
hijau adalah varietas Kutilang, sedangkan untuk jagung adalah varietas Bima 3
Bantimurung, Lamuru, Sukmaraga, dan Anoman.
c.
Varietas Toleran Rendaman, Padi toleran
rendaman diperlukan untuk dikembangkan pada lahan lahan rawa. Di Indonesia,
ekosistem ini mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan pertanian guna
mendukung ketahanan pangan nasional. Lahan tersebut sepanjang tahun atau dalam
kurun waktu tertentu selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged)
air dangkal. Badan Litbang Pertanian telah menguji beberapa galur yang terbukti
toleran genangan.
Implementasi
kebijakan-kebijakan pemerintah akan sangat membantu upaya-upaya penurunan
dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan dan kesehatan, melalui:
1. Memperluas
implementasi kebijakan car free day,
seperti yang sudah diberlakukan di Jakarta dan Jl.HZ Tasikmalaya.
2. Menerapkan
kebijakan standar nilai terhadap karbon, diharapkan mampu merangsang produsen
dan konsumen berinvestasi secara signifikan dalam produk-produk dan
proses-proses teknologi dengan GRK rendah. Otoritas negara mempunyai peran
utama dalam memotivasi sektor swasta.
3. Memfasilitasi
pengembangan bahan bakar ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar